FREE: HABITS TRACKER & BLANK NOTE
12:35 PMSalam Do-ers , Marhaban ya Ramadan 1438 H. Well, sudah lama sekali ya saya tidak menulis blog, mungkin sudah setahun yang lalu. ...
MENIMBANG EKSISTENSI ATEIS
11:32 AMAteis . Mendengar kata Ateis tersebut mayoritas masyarakat Indonesia akan mengerutkan dahi, memaki, mengecam dengan berkata “d...
“…Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-ngolok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok)…”
Kartika
FREE PLANNERS PRINTABLE - MENYAMBUT TAHUN BARU
5:23 PMAssalamualaikum... Tahun baru tiba Do-ers ... Pastinya bulan Desember ini adalah waktu yang tepat untuk merancang resolusi kam...
Pastinya bulan Desember ini adalah waktu yang tepat untuk merancang resolusi kamu di 2016. Impian, projek, kegiatan-kegiatan, atau apa pun ide yang ingin kamu lakukan nanti langsung tulis, jangan sampai ada yang terlewatkan. Nah, dimulai dari saat ini, saya mencanangkan tagar #AkuProduktif. Ini salah satu cara saya untuk memotivasi Do-ers untuk ikut dalam gerakan ini. Coba kamu mulai pikirkan hal-hal apa yang bisa berdampak positif untuk dirimu serta orang lain, walaupun itu hal kecil. Misalnya, selalu tersenyum dan berkata "saya bisa" saat bercermin, mulai mencatat kata-kata sukar yang kamu temui saat membaca buku, atau menyapa temanmu yang tidak pernah menyapamu padahal kalian saling tau. Apa pun itu, mulailah berubah, ke arah positif tentunya. Jangan tunggu tahun depan, tapi mulai dari sekarang, saat kalian membaca tulisan ini :)
# Halaman 6 dan 7 cetak berulang kali sesuai kebutuhan kamu
MENJAJAKI GUNUNG BAWAKARAENG, SULAWESI SELATAN
9:23 PMSetahun lalu, tepatnya di bulan Maret sampai Juli 2013, saya melakukan perjalanan yang tak terlupakan seumur hidup, sebuah ekspedisi di S...
Tim Ekspedisi sedang membuat patok di Pos 4 (Foto: Imam Pratama) |
(Foto: Abd Haris Agam) |
Sungai yang mengalir di Pos 8 dari G. Bawakaraeng (Foto: Imam Pratama) |
Pemandangan dari Puncak Bawakaraeng (Foto: Imam Pratama) |
Upacara Harkitnas di Puncak Bawakaraeng, Pos 10 (Foto: Ridwan Amin) |
Misteri Tujuh Rumah Butta Toa: Terbakarnya Rumah Kedelapan
8:52 PM13 Maret 2013 Oleh Chandra Kartika Papan informasi yang terletak di gerbang masuk Butta Toa. Foto oleh Ridwan Amin Menurut info...
Papan informasi yang terletak di gerbang masuk Butta Toa. Foto oleh Ridwan Amin |
Amir Selle (53 tahun), pemangku adat yang dikenal dengan gelar Gallarrang keenam, mengatakan bahwa sekitar lebih dari 400 tahun lalu, rumah adat di Butta Toa didirikan, tidak diketahui oleh siapa. Rumah tersebut telah diwariskan secara turun menurun hingga keturunan ketujuh, yaitu Amir Selle dan keluarga. Dikisahkan bahwa dahulu rumah di Butta Toa berjumlah 7 buah. Semua rumah menghadap ke timur yang berarti penghormatan terhadap matahari sebagai pembawa kehidupan di dunia ini. Suatu hari, ketika ada rumah baru dibangun yang biasa disebut rumah kedelapan, rumah tersebut terbakar. Hal tersebut terus berlangsung setiap ada rumah baru atau kedelapan didirikan sehingga dikenal dengan mitos tujuh rumah.
Mitos tersebut berakhir sekitar tahun 1965 ketika terjadi kebakaran rumah kedelapan yang terakhir. Karena laju pertambahan penduduk yang terus meningkat dan kepercayaan terhadap Allah SWT yang kuat, akhirnya rumah di Butta Toa terus bertambah puluhan hingga kini. Pada tahun 1971 terjadi peristiwa naas yaitu terbakarnya 4 rumah di Butta Toa akibat lampu temple (semacam pelita), yaitu Balla Tinggia, Nyalang, Coleng, dan Bajini. Hal ini disebabkan oleh kelalaian penghuni di Balla Tinggia, salah satu nama rumah adat yang terbakar, yang tidak sengaja menyenggol lampu tempel tersebut ke kain dan api mulai membesar sehingga merembet ke rumah di sekitarnya. Walaupun pada masa itu jarak antara rumah berjauhan, namun karena langkanya sumber dan persediaan air maka kebakaran besar tidak dapat dihindari.
Masyarakat memutuskan untuk menjaga Balla Jambu dan Balla Lompoa dari kepungan api. Rumah Balla Bongki yang terletak jauh di Barat atau di belakang Balla Lompoa sebelumnya sudah hilang lebih dahulu, baik penghuni dan rumahnya. Hal ini yang menjadi misteri hingga kini. Oleh karena itu, saat ini hanya tersisa dua rumah adat yang berusia ratusan tahun. Balla Jambu merupakan kediaman Karaeng, 'Raja', dan Balla Lompoa merupakan rumah penyimpan benda pusaka, yaitu parang, tombak, dan tameng. Keduanya merupakan pemangku adat tertinggi dalam “Adat Sampulonrua (12 adat)”.
Pemandangan di depan Rumah Adat Balla Lompoa. Foto oleh Ismi Yuliati
Malino, Maret 2013
Editing foto oleh Chandra Kartika
|
Nice To Meet You Again
3:10 PMHello dear, i just have come back from my expedition to South Sulawesi about five months. Left my family, my study, my job, all my activit...
i just have come back from my expedition to South Sulawesi about five months. Left my family, my study, my job, all my activities for a purpose, experience. Many things from this journey that changed my personal character. I hope it can make me a better woman to faces future. Maybe i will tell my stories next time... Because it's a lot of words that i must share :)
These are some photos at top of Bawakaraeng Mountain (2883 mdpl) when our team celebrate Hari Kebangkitan Nasional, May 20th, 2013
A journey to lalaland (Photo by Ridwan Amin) |
TNI and Mapala (mahasiswa pecinta alam) celebrate Harkitnas at top of Bawakaraeng Mountain, Gowa (Photo by Ridwan Amin) |
Beautiful sunrise at peak (Photo by Rudi Hartono) |